BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meng-aku prihatin dengan kondisi moral remaja Indonesia. Menurut hasil survei yang diterima lembaga tersebut, 63 persen remaja di Indonesia pada usia antara SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Ironisnya, 21 persen di antara-nya terlapor sudah melakukan aborsi'' Hasil survei terakhir itu dilakukan di 33 provinsi sepanjang 2008 dan itu dikuat-kan pengakuan mereka sebagai subjek,'' ''Perilaku seks bebas remaja saat ini sudah cukup parah. Peran agama dan keluarga sangat penting untuk mengantisipasi perilaku remaja tersebut,'' ada beberapa faktor yang mendorong remaja usia sekolah SMP dan SMA melakukan hubungan seks di luar nikah. Di antaranya, pengaruh pergaulan bebas, faktor lingkungan dan keluarga yang mendukung ke arah perilaku tersebut, serta penga-ruh perkemba-ngan media massa.
Jika kita pahami dari pernyataan di atas itu menunjukan bahwa di Negara kita (Indonesia), dari masa ke masa krisis yang dialami bukan hanya dalam aspek ekonomi namun dalam aspek kepribadianpun sudah sangat memprihatinkan, jika kita melihat fakta-fakta tersebut apakah layak disebut sebagai bangsa yang ber-mayoritaskan masyarakat muslim apalagi peristiwa diatas yang menjadi subjek adalah remaja yang seharusnya fokus untuk mensejahtrakan kehidupan di masa yang akan datang. pengakuan mereka memang sebagai umat islam namun jika di lihat dari sisi kepriba-dian apakah fakta diatas merupakan indikator karakter seo-rang muslim?
Terkait dengan fakta di atas ternyata didaerah tasikmalaya pun yang kabarnya lekat dengan selogan kota santri beberapa waktu kebela-kang digemparkan oleh peristiwa sekelompok remaja yang melakukan hubungan sex diluar nikah ironisnya mereka berada dalam suatu lembaga yang berbesik pesantren yang didalamnya diajarkan nilai-nilai keagamaan (Islam).
Jika melihat fakta-fakta itu kita mungkian mulai berfikir bagaima-na kita merubah semua itu dan dari mana kita harus memulai perubahan, tentunya peran keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat sangat memiliki peran penting dalam mencetak generasi yang berkualitas yang memiliki pribadi-pribadi yang sehat demi mewujudkan kehidupan berma-syarakat yang tidak bertentangan deng-an hukum-hukum islam dan nilai-nilai sosial yang ada.
Namun rasanya dalam upaya mewujudkan semua itu harus dimulai sejak usia remaja karna pada masa ini seseorang ada pada tingkat emosi yang labil dan juga menghadapi pemikiran-pemikiran yang membingu-ngkan dimana seseorang serba ingin tahu dan bersifat coba-mencoba tidak ingin diatur dan hanya memikirkan kesenangan dan kepuasan yang ia inginkan, pada fase ini seseorang belum mampu menguasai dan mem-fungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya namun yang perlu dicatat adalah bahwa masa remaja merupakan fase perkembangan yang sangat potensial baik secara kognitif, emosi maupun psikisnya masa remaja juga sering diungkapkan sebagai fase pencarian jati diri.
Atas gagasan dan fakta-fakta itulah penulis mencoba menyederha-nakan guna meneliti dan menelusuri persoalan itu melalui risalah sederha-na ini dengan mengambil judul ‘’Emosi Sebagai Pembentuk Kepribadian Remaja’’ Penulis berharap apa yang dibahas didalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, bisa memberi-kan manfaat terutama untuk kalangan remaja sebagai generasi yang sangat diha-rapkan untuk mensejahtrakan kehidupan bermasyarakat.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini guna untuk membatasi pembahasan yang akan penulis bahas ada-lah sebagai berikut :
1. Apa hakikat emosi, kepribadian dan remaja?
2. Bagaimana peran dan pengaruh emosi dalam membentuk kepribadian re-maja?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan Penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, diantaranya sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hakikat emosi, kepribadian dan remaja.
2. Untuk mengetahui peran dan pengaruh emosi dalam membentuk kepribadian remaja.
b. Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, diantaranya sebagai berikut :
1. Untuk menambah wawasan kepada penulis tentang pentingnya memaha-mi emosi dalam masa remaja.
2. Untuk memberikan sedikit pemahaman terhadap orang tua tentang emosi remaja.
A. Metode Penelitian dan Penulisan
1. Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penyusuna karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah metode penelitian kepustakaan (Library Rsearch), yaitu melakukan penelusuran terhadap buku-buku, dokumen-dokumen, serta referensi lainya yang relevan dengan masalah yang penulis bahas dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, yang terdiri dari dua sumber :
a. Sumber Primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan masalah yang dibahas.
b. Sumber Sekunder, yaitu buku-buku atau dokumen-dokumen lain, yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas.
2. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah metode penulisan Deskriftif, yaitu penulis mencoba mendiskripsikan masalah yang dibahas dari hasil peneli-tian dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI EMOSI, KEPRIBADIAN DAN REMAJA
A. Emosi
1. Pengertian Emosi
a. Emosi adalah (suatu keadaan perasaan yang disertai karakteristik kegia-tan kelenjar dan motoris dan di sertai warna afektif baik pada tingkat yang lemah maupun tingkat yang luas.
b. Emosi merupakan “setiap keadaan pada setiap diri seseorang yang diser-tai warna apektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam).
Beberapa pernyataan tersebut, menurut pada buku yang di karang oleh syamsudin 2006:115
c. Menurut deni yang mengutip dari Crow & Crow di jelaskan bahwa “emosi merupakan suatu keadaan yang bergejolak dalam diri individu yang berfungsi atau berperan sebagai inner adjustment terhadap lingku-ngan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu”. Emosi merupakan gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubu-ngan dengan gejala-gejala mengenai dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf.
2. Pengaruh Emosi Terhadap Prilaku Dan Perubahan Fisik Individu
Di atas di jelaskan bahwa emosi merupakan warna afektip yang menyertai setiap keadaan atau prilaku individu, yang dimaksud warna afektif ini adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat meng-ahadapi atau (mengha-yati) suatu situasi tertentu yang ditimbulkan oleh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu Contohnya: gembira, bahagia, putusasa, terkejut, benci (tidak senang), dan sebagainya. Dibawah ini merupakan contoh tentang pengaruh emosi terhadap prilaku dan peru-bahan fisik individu
a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai .
b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasakecewa karna kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini adalah timbulnya rasa putusasa (frustasi)
c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan juga bisa menimbulkan sikapgugup (nervers) dan gagap dalam berbicara.
d. Terganggu penyesuaian social, apabila terjadi rasa cemburu dan irihati.
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinyasen-diri maupun terhadap oranglain.
Sedangkan perubahan emosi terhadap perubahan fisik (jasmani) individu dapat dijelaskan sesuai dengan pemaparan Syamsudin 2006:116 bahwa “ketika emosi tertentu sedang dalam keadaan aktif maka emosi tersebut akan menimbul-kan reaksi tertentu pada bagian-bagian tubuh tertentu yang tentunya itu akan memberikan suasana tertentu pada fisik.
a. Gambaran lainnya bisa dilihat dalam table dibawah ini.
JENIS EMOSI | PERUBAHAN FISIK |
1. Terpesona 2. Marah 3. Terkejut 4. Kecewa 5. Sakit/marah 6. Takut/tegang 7. Takut 8. Tegang | 1. Reaksi elektris pada kulit 2. Peredaran darah bertambah cepat 3. Denyut jantung bertambah cepat 4. Bernafas panjang 5. Pupil mata membesar 6. Air liur mongering 7. Berdiri bulu roma 8. Terganggu pencernaan, otot-otot menegang atau bergetar (tremor) |
3. Ciri-Ciri Emosi
Syamsudin 2006;116 menjelaskan bahwa Emosi sebagai suatu perristiwa psikologis mengandung ciri sebagai berikut.
a. Lebih bersipat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berpikir
b. Bersifat pluktuatif (tidak tetap)
c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan pancaindra.
Mengenai ciri-ciri emosi ini dapat juga dibedakan antara emosi anak dengan emosi orang dewasa sebagai berikut:
EMOSI ANAK | EMOSI ORANG DEWASA |
1. Berlangsung singkat dan ber-akhir secara tiba-tiba 2. Terlihat lebih hebat/kuat 3. Bersifat sementara/dangkal 4. Lebih sering terjadi 5. Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya | 1. Berlangsung lebih lama dan berakhir secara lambat 2. Tidak terlihat hebat/kkuat 3. Lebih mendalam dan lama 4. Jarang terjadi 5. sulit di ketahui karna lebih pandai menyembunyikannya |
B. Kepribadian
1. Pengertian
a. Pengertian Secara Etimologis
“kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris ‘’personaliti’’. sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari bahasa latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada jaman kuno untuk memerankan suatu bentuk tingkah laku dan bentuk karakter pribadi tertentu. sedangkan yang dimaksud personare adalah bahwa pemain sandiwaraitu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan suatu bentuk gambaran manusia tertentu Misalnya; seorang pemurung, pendiam, periang, peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi, personaitu bukan pribadi pemain itusendiri, tapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya”
. Hal tersebut menurut syamsudin. 2006:126
b. Pengertian Secara Terminologis
Menurut Suhardi sri sunarti 2010:112, kepribadian adalah keunikan ciri prilaku individu yang sangat khas, dan kepribadian seseorang dengan orang yang lainnya pasti berbeda walaupun orang yang kembar sekalipun, tetap kepriba-diannya akan berbeda.
Dalam konteks ini Syamsudin juga menjelaskan bahwa cara orang-lain mereaksi, itulah kepribadian individu. Kepribadian juga merupakan organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingku-ngan ).
Dari definisi tersebut ada beberapa unsur yang perlu dijelaskan, yaitu sebagai barikut:
1) Oraganisasi dinamis, maksudnya adalah bahwa kepribadian itu selalu berkembang, dan berubah walaupun ada Organisasi systm yang mengikat dan menghubungkan sebagai komponen kepriba-dian.
2) Psikofisis, inimenunjukan bahwa kepribadian bukanlah semata-mata neural (fisik), tetapi merupakan perpaduan kerja antara aspek psikis dan fisik dalam kesatuan kepribadian.
3) Istilah menentukan, bararti bahwa kepribadian mengandunng kecenderungan-kecenderuangan menentukan (determinasi) yang memainkan peran aktif dalam tingkah laku individu. Kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu . kepribadian terletak dibela-kang perbuatan-perbuatan khusus dan di dalam individu dalamarti kepribadian itu bukan hanya ada selama ada orang-lain bereaksi terhadapnya. tetapi lebih jauh dari itu mempunyai eksis-tensi real (keadaan nyata), yang termasuk juga segi-segi neural dan fisiologis
4) Unique (kas), ini menunjukan bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama
5) Menyesuaikan diri terhadap lingkunganini menunjukan bahwa kepribadian mengantarai individu dengan lingkungan fisik dan lingkungan psikologisnya kadang-kadang menguasainya. jadi kepribadian adalah sesuatu yang mempu-nyai fungsi atau arti adaptasi dan menentukan.
Kepribadian dapat juga diartikan sebaagai “kualitas prilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik” Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal berikut:
1) Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam memenuhi etika prilaku, konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2) Tempramen, yaitu disposisi reaktip seseorang atau cepat/lambatnya mereaksi terhadap rangsangan rangsangan yang dating dari ligkungan
3) Sikap sambutan terhadap objek (orang,benda, peristiwa, norma dan sebagai-nya) yang bersifat positif, negative atau ambivalen (ragu-ragu)
4) Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsa-ngan dari lingkungan. Seperti:mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih atau putus asa
5) Responsibilitas (tanggung jawab) kesiapan untuh menerima resiko dari tinda-kan atau perbuatan yang dilakukan. seperti:mau menerima resiko secara wajar cuci tangan, atau melrikan diri dari resiko yang dihadapi
6) Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interper-sonal. Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup atau terbuka., dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
2. Faktor-Faktor yang Mempengruhi Kepribadian
Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor baik hereditas (pemba-waan) maupun lingkungan (seperti; fisik, sosial, kebudayaan, spiritual)
a. Fisik. faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan kepriba-dian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi) kecan-tikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau sakit sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacad) dan keberfingsian organ tubuh.
b. Intelegensi, tingkat intelegensi individu dapat mempengaruhi perkem-bangan kepribadian nya. individu yang intelegensinya tingi atau normal biasa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
c. Keluarga. Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkem-bangan kepribadian anak, seorang anak yang dibesarkan dalam lingku-ngan keluarga yang harmonis dan agamis dalam arti orangtua membe-rikan curahan kasih sayang perhatian serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepri-badian anak tersebut cenderung positif. adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang brokenhome, orangtua bersikap keras terha-dap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga maka perkembangan kepribadian cenderung akan mengalami distirsi atau menga-lami kelainan dalam penyesuaian dirinya (melajusment).
d. Teman sebaya (Peergroup). Setelah masuk sekolah, anak mulai bergaul deng-an teman sebayanya dan menjadi anggota dari kelompok nya. Pada saat inilah dia mulai mengalihkan perhatianya untuk mengembangkan sifat-sifat atau prilaku yang cocok atau dikagumi oleh teman temannya, walau mungkin tidak sesuai dengan harapan orang tuanya. melalui hubungan interpersonal de-ngan teman sebayanya, anak belajar menilai dirinya sendiri dan kedudukan nya dalam kelompok. bagi anak yang kurang mendapat kasih sayang dan bimbingan keagamaan atau etika dari oranng tuanya, biasanya kurang memi-liki kemampuan slektif dalam memilih teman dan mudah sekali terpengaruh oleh sifat dan prilaku kelompoknya. Berdasarkan pengamatan dilapangan, ternyata tidak sedikit anak yang menjadi perokok berat, peminum-minuman keras atau bergaul bebas, karna pengaruh prilaku teman sebaya.
e. Kebudayaan, setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau sukubangsaa) memiliki tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas. Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap ang-gotanya, baik yang nyangkut cara berpikir (seperti cara memandang sesuatu). Bersikap atau cara berprilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian itu, dapat dilihat dari adanya perbedaan antara masyarakat modern yang buda-yanya relatif maju (khususnya IPTEK) dengan primitif yang budayanya relatif masih sederhana seperti dalam cara makan, berpakaian, hubungan interper-sonal atau cara memandang waktu.
3. Karakteristik Kepribadian
Ada beberapa karakteristik kepribadian yang sehat dan yang tidak sehat yang tentunya ini sangat menentukan terhadap proses interaksi individu dalam kehidupan.
Cirri-ciri kepribadian yang sehat (healthy personality) ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:
Seseorang yang memiliki kepribadian yang sehat adalah yang Mampu menilai diri secara realistik. Mampumenilai situasi secara realistik. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik, bertang-gung jawab. Kemandirian (autonomi). Dapat mengontrol emosi. Berori-entasi tujuan. Berorientasi keluar. ,bersikap respek, empati terhadap orang lain mempunyai kepedulian terhadap situasi,
Adapun cirri kepribadian yang tidak sehat itu ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:
Mudah marah (tersinggung), Menunjukan kekhawatiran dan kecemasan, Sering merasa tertekan (setres atau depresi), Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang (hewan), Ketidak mampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum, Mempu-nyai kebiasaan berbohong, Hiper aktif,Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas., Senang mengkeritik/mencemooh orang lain, Sulit tidur, Kurang memiliki rasa tanggung jawab, Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan bersifat organis), Kurang memiliki kesada-ran untuk menaati ajaran agama, Bersikap psimis dalam menghadapi kehidupan, Kurang bergairah (bermuram durja dalam menjalani kehidipan).
Beberapa kelainan tingkahlaku diatas berkembang, apabila anak hidup dalam lingkungan yang tidak kondusif dalam perkembangannya seperti lingkungan keluarga yang tidak berfungsi, yang bercirikan “broken home” hubungan antara anggota keluarga kurang harmonis kurang memperhatikan nilai-nilai agama, dan orangtua bersikap keras atau kurang memberikan curahan kasih sayang kepada anak. Oleh karna itu, maka sebagai upaya pancegahan (preventif), seyogianya pihak keluarga (orang tua) sekolah (guru dan staf sekolah lainnya) dan pemerintah perlu senantiasa bekerjasama untuk menciptakan iklim lingkungan yang mempasilitasi atau memberi kemudahan kepada anak untuk mengembang-kan potensi atau tugas-tugas perkembangan secara optimal.
4. Perubahan kepribadian
Meskipun kepribadian seseorang itu relative konstan, namun dalam kenya-taan nya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian itu dapat dan mungkin terjadi. Perubahan itu terjadi pada umumnya lebih di pengaruhi oleh faktor lingku-ngan daripada faktor fisik. Disamping itu, perubahan ini lebih sering dialami oleh anak daripada orang dewasa .
Syamsudin 2006:129 memaparkan faktor-faktor yang menyebab-kan terjadinya perubahan kepribadian kedalam tiga kategori, yaitu:
A. Faktor organik, seperti: makanan, obat, infeksi, dan gangguan organik.
B. Factor lingkungan sosial budaya, seperti: pendidikan, rekreasi, dan partisipasi social.